NEVER NEVER LAND

Sedikit berucap

Apa yang kita lakukan bila urutan kematian alamiah menempatkan kita di antrean berikutnya, ketika kita tak lagi bisa bersembunyi dibalik pikiran " Ini bukan giliranku"?

- Mitch Albom

Monday, February 11, 2013

Do you wanna join to my plan?

Posisi?
Sudah siap? Semua? Apalagi yang kurang?
Kurang teman.
hah? Kenapa begitu rupanya? kemarin-kemarin banyak
memang masih banyak. Buat yang satu ini kurang, bahkan perlahan menghilang.
Kenapa begitu rupanya?
Mendadak menjadi alien. Saya juga rasa-rasanya ingin mencoba seperti apa yang mereka kerjakan.
Argghh. Sudah niat kau rupanya.
mau apa lagi. Demi sebuah rencana. Rencana yang kita sama-sama tahu.
Yah sudahlah, lepaskan dulu semuanya baru kita bisa melakukan segalanya.

Friday, January 25, 2013

Let's walk. Soon

Saya rindu berjalan di tengah hutan, naik turun batu-batu besar dan berdiri diatas bukit yang tinggi serta memandang jauh kebawah sana. Sudah, saya hanya rindu gunung saat ini. Titik

Monday, January 7, 2013

Kalut ?

Apa yang akan segera kau lakukan jika ternyata yang selama ini kau rencanakan dan impikan tidak akan pernah membuahkan sebuah kemenangan dalam dirimu.
Apakah ini menjadi pertanda bahwa kau akan membuat rencana lain atau "bunuh diri" saja dengan melompat sambil menghela nafas dan bergumam "baiklah, saya menyerah"?

Tahun lalu sudah lewat, Saya pikir Anda telah melewatinya dengan sangat luar biasa. Tahun yang baru telah lewat 7 hari. Angin dan hujan datang menyambut dengan begitu "rame"nya. 3 pasang calon penguasa daerah rame-rame bersumpah serapah. Rakyat pun lagi "rame-rame" nya melawan banjir dan yang miskin menambahkannya dengan "rame-rame" berteriak minta tolong akan semakin terpinggirkannya mereka. Hahh, bahkan si hitam yang baik dan si putih yang jahat yang sedang berada dalam diri tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul. Bahkan ikut ambil bagian dalam menekan. Hahh, untuk apa semua ini? bahkan tulisan ini juga untuk apa. Saya tidak tahu.

Saturday, December 8, 2012

Bruks?

Akhir-akhir ini pertanyaan-pertanyaan itu sudah mulai muncul di kepala. Apa guna semua ini? apakah ini benar-benar muncul dari dalam. Rasa peduli yang benar-benar ada. Apa benar? Lalu saya kembali datang ke rumah mereka dan kembali berbincang-bincang, mendengar keluhan, memandangi setiap sudut tempat tinggal mereka, dapur, kamar tidur yang sekalian juga berfungsi sebagai ruang tamu. Mendengar kepolosan, ketidaktahuan dan ke tidak pedulian mereka akan hidup mereka yang semakin jatuh dan terpinggir kan oleh kehidupan yang dibentuk oleh Negara dan Kapitalis.

Dan ketika saya mengendarai motor butut saya dimalam hari, dikala pulang kerumah dan menerobos hujan gerimis di kota yang semakin ingin meniru Ibukota ini. Diam-diam hati kecil saya berkonspirasi dengan akal pikiran saya dan memaksa saya untuk bergumam: Jangan tinggalkan mereka, berjuanglah bersama-sama, karena kapitalisme dan Negara semakin romantis. Sedangkan raja-raja kecil semakin banyak berkeliaran. Bisa apa mereka, Rakyat Miskin kota yang malang.

Panjang Umur perjuangan Rakyat Miskin. Kami bersamamu. Jangan menyerah.

Friday, November 9, 2012

Rain, please drops....

Langit malam ini warnanya memerah. Biasanya akan turun hujan. Sore kemarin, hujan juga turun meski hanya sebentar. Kemarin pagi juga, tapi cuma sebentar. Yah, rupanya bulan november ini datang dengan sebuah kabar. Bahwa, musim penghujan akan datang "tepat waktu". Mengobati kerinduan akan hujan setelah beberapa lama kota ini dilanda musim panas yang berkepanjangan.

Mendengar kedatangan musim hujan, artinya kita harus bersiap-siap menyambutnya. Menyambutnya dengan selalu siap sedia akan banjir, jalan-jalan yang tergenang sampai ketersediaan jas hujan didalam bagasi motor. Meskipun sebenarnya puncak musim hujan akan datang pada bulan berikutnya, yaitu Desember. Tapi tak apalah jika kita mengantisipasinya dari sekarang. mengingat November sudah mengirimkan sinyal musim penghujan dengan suara-suara gunturnya yang menggelegar kemarin sore meskipun hujan tidak terlalu deras datangnya.

Dibalik berita umum mengenai banjir dan jalan-jalan yang tergenang air hujan. Sebenarnya musim hujan juga dapat mengobati "kegerahan" hati dan pikiran yang panas. Meskipun hanya berandai-andai saja. Melihat rintik-rintik ataupun lebarnya hujan yang turun melewati atap rumah membuatku tersenyum. Seakan-akan merasakan sesuatu yang menyegarkan. Sebut saja itu Melankolia. Saya sedang merayakan melankolia ini sebelum masa-masa perang akan datang kembali. Saya akan merayakan awal musim hujan ini dengan secangkir teh ditemani beberapa buku yang siap disantap sambil menikmati gemiricik air hujan yang turun melalui atap diteras kamar. Atau mungkin setelah hujan reda ada baiknya merayakannya dijalan-jalan kota yang telah basah karena diguyur air hujan sambil menghirup baunya yang khas. Jika sempat atau kondisi memungkinkan, mendapatkan sekaleng beer sebagai teman dijalan juga ide yang bagus.

Akh, entah apa yang saya tulis ini. Saya terlalu merasakan melankolia yang terlalu dalam. Sekaligus sedang menyalakan kembali api  didalam hati untuk sebuah langkah yang saya pikir benar. Hmmm, tidak ada salahnya jika saya memutar lagu efek rumah kaca yang berjudul Desember lebih awal :)

Wednesday, October 17, 2012

Blengasblengus

Eh, Hujan jon.
Yoi Dul, hujan.
Kenapa jarang kelihatan, jon?
Kan lagi sering-seringnya hujan dul, hehehe
Kemarin-kemarin belum hujan. Kok jarang kelihatan. Apa lagi ada proyek?
Proyek? Proyek Babi. Hhhhaha
Stock banyak rupanya?
Stock? Stock Babi. Hahahha
Alaaah, alasan kau jon.
Akh, banyak cincau ku dul. Ini bakar sana !!!

Tuesday, September 25, 2012

Hmmmm

Kemarin saya baru saja khatam membaca bukunya Mitch Albom yang berjudul "Have a little faith". Seperti buku Mitch yang lain. Isi buku ini merupakan kisah nyata yang dia alami sendiri. Berawal dari seorang rabi yang bernama Albert Lewis yan meminta Mitch untuk membacakan Eulogi dihari pemakamannya kelak. Tapi saya bukan mau mereview dan meresensikan buku ini disini. Meskipun sebenarnya banyak hal yang saya bisa petik, pelajari (atau apapuun istilahnya) dari buku ini. Bukannya juga saya akan menjadi Yahudi atau apapun. Saya tidak akan menjadi apapun, tidak.

Meskipun isi buku ini sudah menarik dari halaman awal hingga akhirnya. Saya tertarik atau mungkin khususnya tertarik diisi buku ini pada halaman epilognya. Sebuah pertanyaan Mitch kepada Albert lewis. Yang isi dan inti dari pertanyaan itu mengenai percakapan manusia (yang diibaratkan adalah Albert lewis) bersama Tuhan.
Isi percakapannya kira-kira begini:

Sang manusia berkata. Tuhan, aku telah melakukan banyak kali kebaikan di Bumi. Aku telah mencoba mengikuti ajaran-ajaran-Mu dan menyebarkannya. Aku telah mencintai keluargaku. Aku sudah jadi bagian dari komunitas. Dan menurutku aku sudah cukup baik terhadap manusia. Maka, Tuhan yang ada di surga, untuk semua itu, apakah pahalanya?

Mitch: Dan menurut anda (AL) apa yang akan dikatakan Tuhan?

Sambil tersenyum, Al menjawab:
Tuhan akan mengatakan, Pahala? Pahala apaaan? Memang semua itulah yang seharusnya dilakukan !!!

#Hmmmm, Yeah. memang sebenarnya yang harus kita lakukan adalah berbuat kebajikan terhadap sesama manusia. Pahala, surga atau apapun namanya janji-janji itu, sebaiknya tidak usah diambil pusing. Hah, sudahlah.

Tentang ini itu yang tidak penting

Kau tak perlu susah-susah mengikuti ku untuk tidak makan di tempat-tempat seperti KFC, Mcd atau semacamnya. Tidak perlu juga repot-repot untuk mengetahui musik apa yang saya dengarkan. Tidak juga harus berpusing ria untuk mencoba mengerti buku apa yang saya baca. Tidak perlu juga bersusah hati memikirkan saya mengenai apa yang saya kerjakan. Tidak perlu kiranya juga memasang perangkap prasangka buruk kedalam hati dan pikiran kalian mengenai isi pikiran saya, komitmen saya ataupun keyakinan saya terhadapa sesuatu. Itu semua tidak penting bagi kau maupun kalian.
Karena saya pun tidak punya waktu yang banyak untuk menjelaskan kepadamu atau kalian mengenai itu semua. Dan biarkan kita sepakati itu semua sebagai  hal-hal yang tidak penting untuk ditanyakan. Cukuplah saya sendiri yang mengatakan itu penting. Ok, kurasa ini semua sudah cukup. Larang-melarang itu sudah basi dan membosankan, janganlah sampai kau juga menjadi membosankan.
Saya harap ini semua hanya lelucon. Yah, tentang kejadian kemarin itu.
#haha

Monday, September 10, 2012

Start today atau forget it atau fukk it, haha

Hari sial. hari  itu benar-benar ada. Saya sudah mempercayainya sejak beberapa tahun yang lalu.
Seberapa kecil kesialan yang kau dapatkan di hari-hari mu. Hari sial tetaplah hari sial. Sama seperti berita buruk yang kau dapatkan. Mau sehalus bagaimanapun cara penyampaiannya, berita buruk tetaplah berita buruk. Dan berita buruk juga termasuk hari sial.

Oleh sebab itu, semuanya. Yang pernah, yang sedang dan akan saya dengar atau dapatkan nanti yang berbentuk kesialan-kesialan itu akan saya anggap hanya sebagai sekedar lucu-lucuan saja. Lelucon konyol yang akan saya transformasikan kedalam wahana menghibur diri yang sudah terlalu lapuk dimakan oleh istilah yang bernama kebosanan akut. Haha
#alaah.

PS: Ini bukan curhat apalagi aforisme. Ini hanya celoteh singkat disiang hari yang muncul begitu saja tanpa sebab dan saya yakin tidak menimbulkan efek apapun kepada yang membacanya. 

The "Thing" is a Joke.

Akhir-akhir ini saya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah saja. Tidak ada aktivitas berat yang saya lakukan. Lebih banyak mengingat-ngingat pengalaman-pengalaman dan hasil olah pikir yang pernah diterapkan di otak mulai dari jaman SD sampai lulus kuliah kemarin. Dan apa hasil dari mengingat-ngingat itu? jawabannya adalah tertawa! Haha. Lucu juga mengingat-ngingat itu semua. Mulai dari "ribuan" pengalaman konyol ala anak SD yang selalu dirindukan. Kisah ABG tingkat SMP yang baru mengenal cinta dan musik beserta ehem alkohol dan gerombolannya. Berlanjut ke masa-masa high school bertitel SMA dimana tindakan konyol nan berbahaya akan dimulai dari sini. Ahhh, siapa pun yang pernah melewati semua fase ini akan merindukan saat-saat itu. Dan saya pun tertawa mengingat semua itu. Entah itu pengalaman yang bersifat senang maupun sedih!. Semua terasa seperti lelucon saja.

Lalu berlanjut mengingat-ngingat ke masa-masa dunia kampus. Masa-masa penuh gejolak jiwa dan pikiran. Campur-campur. Alcohol every day. Masuk lebih jauh ke dunia musik dan tongkrongan bawahatanah tanpa meninggalkan identitas seorang mahasiswa dari kampus yang melahirkan "tangan-tangan kanan" kapitalis. Haha. Aneh juga saat itu, aah bukan aneh tapi lucu. Berpikir dan berteriak keras menentang kapitalisme padahal saat itu saya dan "mereka" mengenyam dan memburu ijazah dikampus yang melahirkan tangan-tangan kanan kapitalis. Hahhaa. Tertawa lagi. Hahaha

Lalu masuk ke tahap akhir kuliah, melakukan apa saja kecuali melakukan "suap" atau sogokan kepada para pengajar. Mungkin ini adalah salah satu sikap yang saya bawa sampai sekarang. Tapi sikap ini juga tetap membuat saya tertawa kalau mengingatnya. Meskipun tidak bisa dibanggakan, tapi saya harap sikap itu akan terus melekat didalam badanku ataupun tetap melingkar di balik bajuku. Seperti seseorang yang sedang berganjasmara di lagu The Hotdogs.

Lalu masa kuliah berakhir, masuk kedunia kerja. Sikap anti "suap" masih saya bawa. Saya masih tertawa kalau mengingatnya. Dan buntut dari sikap itu, saya keluar dari pekerjaan yang bagi beberapa orang adalah "high level". Haha.

Diluar dari semua itu. Hal dan pengalaman lain yang membuat saya tertawa kalau mengingatnya adalah, hmmmm. Oke, mulai dari kisah cinta konyol yang tak kesampaian, mabuk konyol yang memalukan, hari sial yang hampir memberikan tiket gratis dihotel prodeo, pengalaman-pengalaman mendaki gunung, bermain bersama band menyebalkan tapi tetap dirindukan, berdebat konyol dengan beberapa teman dan yang paling memalukan dan menyebalkan adalah masalah yang terjadi dilingkup organisasi kampus yang saya tumpangi. Haha, ini yang pailing lucu. Hahha

Berdebat dengan diri sendiri juga merupakan hal yang lucu. Gila? ahhh ini bukan gila. Hanya keisengan dalam menghabiskan waktu dimusim panas yang membosankan. Hahha

#Semua ini benar-benar "hanya" sebuah lelucon.....
Hahaha

To be continued....