Sedikit berucap

Apa yang kita lakukan bila urutan kematian alamiah menempatkan kita di antrean berikutnya, ketika kita tak lagi bisa bersembunyi dibalik pikiran " Ini bukan giliranku"?

- Mitch Albom

Wednesday, January 25, 2012

Good Bye Mr. Good Man

Satu lagi yang pergi,
Mungkin hanya kau yang merasakan bagaimana sakitnya terjatuh dari ketinggian saat itu. Sekali lagi karena sifat mu yang selalu baik kepada orang terdekatmu kau rela terjatuh, yah terjatuh dan tak lagi bangkit.

Mungkin,
Kau bukanlah seorang mahasiswa yang rajin apalagi pandai, bukan juga mahasiswa yang muncul di organisasi seperti seorang demonstran, dan bukan juga junior yang selalu membanggakan kemampuannya di depan senior-senior.

Tapi yang saya tahu,
kau adalah seorang mahasiswa yang mau berubah menjadi lebih baik, mengejar ketinggalan sks yang selalu saja membuatmu pusing 7 keliling, seorang organisatoris yang loyal tanpa peduli dengan SK panitia (selalu menjadi panitia bayangan tanpa harus mengeluh, serta ciri khas mu ketika kita sedang rapat kau selalu mengatakan "hidup kegiatan"), dan juga junior yang mau mendengar arahan dari senior-senior yang kau anggap baik.

Saya ingat dimana kau sering bercanda ingin cepat mati, keinginan yang sekarang akhirnya kau gapai. Kau pernah bilang ingin bergabung dengan Alm.ayah dan adik yang kau sayangi, tentunya dengan nada bercanda saat itu.

Saya juga ingat ketika kau curhat mengenai kekasih mu yang sekarang, kau curhat bagaimana kau menyukai pacarmu itu sedari dulu, ketika itu kita sedang perjalanan menuju lembah ramma, perjalanan mendaki pertama mu. kita tertawa terbahak-bahak malam itu setelah sebelumnya kita singgah di toko minuman dan kau memborong banyak saat itu.

hmmm, seharusnya kau tidak terjatuh hari itu. Seharusnya saya mengajak mu ke gunung. ketika kau sms saya dan terus menanyakan perihal keberangkatan saya. Saya merasa bersalah ketika tidak serta mengajak mu, perasaan bersalah yang terus menyesak ketika melihat tubuhmu terbaring tak berdaya di ruang ICU rumah sakit.
Seharusnya kita foto bersama di puncak gunung bulusaraung saat itu. Maaf

Tapi sudahlah, ini sudah jalanmu. Kau telah berhasil mencapai garis akhir kehidupan, sebuah rute akhir hidup manusia yang semua orang akan capai.

hmmmm...
saya yakin, dimana pun kau berada sekarang, kau sedang berjalan menuju puncak langit yang sangat tinggi.
Perjalanan yang akan membuatmu tenang dan damai.
Keluarga, Teman, senior, junior, dan kekasih mu tersenyum dan mendo'akanmu dari bawah sini. 

Semoga tenang disana
Saddam Ridwan ( 1990 - 2012 )