Sedikit berucap

Apa yang kita lakukan bila urutan kematian alamiah menempatkan kita di antrean berikutnya, ketika kita tak lagi bisa bersembunyi dibalik pikiran " Ini bukan giliranku"?

- Mitch Albom

Thursday, August 9, 2012

Melancholichild

Nostalgia masa-masa kecil bisa saja muncul begitu saja, kapan saja, dan dimana saja. Tidak peduli berapa umur kita sekarang, memori-memori tentang masa kecil bisa merasuk kembali ke saraf otak kepala yang sudah semakin tercemar dengan pikiran-pikiran konyol dewasa kita. Yah, dulu juga sewaktu kecil kita mengeluarkan pikiran-pikiran konyol. Tapi konyol sewaktu kecil dengan konyol sekarang jauh berbeda. Haha.
Seperti saya, sering kali merasa dirasuki masa kanak-kanak jika mendengar musik-musik tahun 70-80-90an. Entah mengapa, mungkin dulunya orang-orang dirumah suka memutar lagu-lagu jadul tersebut. Entah mengapa pula saya bisa begitu akrab dan melankolis dan menjadi merinding hangat ketika mendengar Bob marley atau nat king cole bernyanyi. Padahal saya tidak ingat  pernah mendegarnya sewaktu kecil atau tidak. Memori saya langsung saja tertuju pada saat saya masih kanak-kanak disebuah rumah yang sederhana, diantara para ibu-ibu dan bapak-bapak yang baik, kawan-kawan sepermainan dan teman-teman kakak saya yang dulu sering bertandang dan menjahili saya.

Dan kemarin, secara tidak sengaja saya mencium bau rumput atau bau alang-alang di musim panas. Bau khas yang tidak asing, sering kali saya jumpai ketika masih kecil dulu. Dulu disekitaran rumah saya yang sekarang banyak terdapat tanah lapang. Disamping dan dibelakang rumah terdapat lapangan  atau mungkin bisa disebut sawah-sawah kering yang banyak ditumbuhi rumput dan alang-alang . Sebelum tanah-tanah itu didirikan bangunan rumah seperti sekarang, dulu bersama beberapa teman sepermainan, saya sering kali bermain bola atau sekedar bercanda gurau di situ. Tidak peduli waktu, cuaca atau omelan dari mama saya yang begitu ekstrimnoiseterror, saya tetap saja bermain atau tidur-tiduran di rumput-rumput itu. Itulah mungkin, saya jadi begitu akrab dan menjadi begitu melankolis ketika ingatan akan bau alang-alang itu muncul kembali.

Sore itu cuaca sangat cerah, puncak musim panas yang menyenangkan.
Saat yang tepat untuk bermain di tempat terbuka
Layang-layang sudah banyak menghiasi langit disekitaran rumah
Teriakan bocah-bocah kecil yang bermain bola terdengar riuh disana
Beberapa anak sedang asik berkejar-kejaran,
Tertawa sambil tidur-tiduran diatas rumput dan alang-alang yang sudah rubuh,
Semua terasa riang dan gembira. Ringan tak ada beban. Lepas.
Bau rumput dan alang-alang itu mengakrabkan semua.

Sampai bau rumput dan alang-alang itu tertutup semen-semen dan pondasi bangunan.
Dan lingkungan pun menjadi padat, kotor.
Orang-orang primitif berdatangan dan membuat rusuh.
Teman-teman pun menghilang entah kemana.
Ada yang berubah.
Kerja dan kawin, banting tulang kata beberapa.
Semprul.

Dan tanah lapang itupun hilang beserta rumput dan alang-alangnya.
Baunya juga. Bau terbaik yang pernah ada.

0 komentar: