Sedikit berucap

Apa yang kita lakukan bila urutan kematian alamiah menempatkan kita di antrean berikutnya, ketika kita tak lagi bisa bersembunyi dibalik pikiran " Ini bukan giliranku"?

- Mitch Albom

Tuesday, March 20, 2012

- I was trapped ? -

Kira-kira keputusan apa yang akan kau pikirkan ketika semangat dan kalut semakin sering datang bergiliran, diantara pagi dan malam sambil  berebut optimis dan pesimis.

Aaaah, terjebak di dalam lubang pikiran sendiri
Ini benar-benar mengesalkan !

Monday, March 19, 2012

- Ini tetap bukan menyerah -

Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sebuah pekerjaan yang di sekitarnya adalah kegiatan kotor para pejabat yang mengatas namakan pendidikan dan pengetahuan.
Dan, apa yang dulu nya saya idam-idamkan sepertinya tidak akan saya dapati disini.
Saya dipaksa untuk menggigit jari untuk sebuah alasan yang bernama "batu loncatan" ke jenjang selanjutnya.

Malam kemarin, ada hal yang lucu dan membuat saya tertawa ketika orang-orang disamping saya yang berada disini mulai membicarakan dan membanggakan sekaligus mengakui dirinya adalah mantan pejuang miras nomor 1 dijamannya.
Hahh, hal yang saya pikir tidak akan pernah saya ungkit-ungkit kembali.
Saya hanya tersenyum sembari melihat mereka berbicara penuh semangatnya.

Dan peluang untuk kembali ke level yang lebih rendah dalam hal dunia "hitam" sangat-sangat tidak membuat saya tertarik sama sekali.
Dan, selintas pikiran di tiap pagi hari pun muncul.
Setiap akan bergegas berangkat ke tempat yang berkedok ilmu pengetahuan yang ujung-ujungnya adalah UANG, saya sudah memilih untuk keluar.
Kata pertama yang terpilih menjadi alasan adalah Bosan. dan selanjutnya adalah ini bukan menyerah.
Tetapi ternyata keluar dari sini tidak semudah yang saya harapkan.
Bukan, bukan dari saya, tapi karena mungkin banyak orang yang akan kecewa.
Tapi, ini sudah menjadi rencana. Rencana yang membatu dalam otak.

Dan rencana untuk menuju puncak bumi pada pertengahan tahun ini sepertinya akan terwujud kembali. Mudah-mudahan saja. Amen.

Saturday, March 17, 2012

Saya selalu merindukan tempat ini. Dan disaat-saat  seperti inilah kerinduan itu menuntut. Entah apa yang saya cari disini. Saya tidak tau pasti. Beda disaat saya berada di pantai yang sepi, jalan yang sepi, lembah yang sepi dan puncak yang sepi. Tak ada hingar bingar kepalsuan seperti disini.

Saya merindukan waktu yang benar-benar telah menjauh karena pilihan saya sendiri.


Mengeles

kenapa jon ?
saya bosan jon
bosan kenapa jon?
bosan dengan keadaan sekarang jon
loh, knapa jon ? kan kau sendiri yang mau jon
iya jon, tapi sekarang saya bosan jon
ahhh, jon jon.

Wednesday, March 7, 2012

- Ini bukan Menyerah -

Mungkin ada benarnya mitos-mitos primitf yang mengatakan bahwa musuh terbesar mu adalah diri kita sendiri.
yah, mungkin ada benarnya, paling tidak yang sekarang saya alami sekarang. Bekerja di sebuah perusahaan (ehem) dan melamar di posisi sebagai orang yang nantinya akan mempunyai banyak musuh (terlebih musuh dari marketing people ), karena memang tugas dari posisi ini adalah  memeriksa dan memungkinkan untuk membuat orang-orang mengakui kecurangannya.

Dan berada  di posisi ini adalah hal yang paling saya kejar dalam kurun waktu setahun ini. Tapi, ternyata tidak semudah bayangan ketika berada dibangku kuliah dulu. Kerjaan yang santai serta beban yang tidak cukup berat juga tapi menuntut untuk saya menguasai dan mengerti semua arus kegiatan di perusahaan (ehem lagi, sorry para kamerad).

Dan sekarang, setelah beberapa hari menjalani training di tempat ini, serta disuguhi berbagai macam materi dan contoh kasus serta tak lupa diperlihatkan program kerja selama beberapa hari kedepan, membuat kepala ini terasa terputar dan ngeri sendiri.

Ada sesuatu yang bergejolak di dalam hati dan pikiran. Entah itu si hitam yang baik atau si putih yang jahat didalam pikiran sedang beradu argumentasi tentang bertahan atau tidaknya saya berada disini.

sayapun mengingat kembali mitos-mitos tadi diatas.Dan akhirnya saya meyakini dan mengamini bahwa saya tidak akan menyerah terhadap musuh terbesar sampai saya benar-benar takluk dan tidak bisa lagi mengelak terhadap kenyataan (kenyataan ? dimana kau ?).
Mengingat saya sebagai orang yang sangat bersemangat dalam menjalankan kegiatan yang saya sukai waktu kuliah dulu, saya putuskan untuk tetap bergerak maju, meskipun didepan sana sudah banyak hal yang segera menghadang.

Yang saya tahu, sekarang saya berada di jalan yang saya sengaja pilih, meskipun terjal dan mendaki.
Mendaki ? aahhh, entah dimana kesempatan itu sedang bersembunyi.

Dan saya pun duduk termenung melihat laptop kecil ini yang dalam monitornya terpampang dengan jelas tumpukan data excel sambil membayangkan ganja yang sudah semakin hambar terasa Dan musik Hardcore dan Thrashcore yang sudah tidak terdengar kencang lagi.

Aaah, sekali lagi saya rindu berada dalam perjalanan menanjak, menapaki kaki bumi.